BERLEBARAN YANG SEDERHANA SAJALAH!!
Lebaran sebentar lagi. Tetapi nuansa dan aromanya sudah merasuki semua sisi kehidupan kita. Dari persiapan menghadapinya dengan segala kebutuhan sampai ke persoalan rame-rame pulang kampung menjenguk tanah kelahiran. Mudik.
Di Sumatera Barat tingkat kedatangan pemudik di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) diperkirakan meningkat selama Lebaran 2012 ini. Sebagai langkah antisipasi, seluruh maskapai menambah jadwal penerbangan dengan total 33 extra flight yang dimulai sejak H-7 hingga H+7. Penambahan jadwal penerbangan ini merupakan yang terbanyak di Tanah Air.
Pengelola bandara sendiri juga siap memberikan pelayanan terbaik dengan dukungan SDM teknis dan operasional eksisting yang siap bertugas 24 jam, termasuk permintaan perpanjangan jam operasi penerbangan untuk penerbangan malam hari. BIM juga membuka Posko Monitoring Angkutan Lebaran.
Bahkan untuk memfasilitasi perantau Minang pulang ke kampung halamannya, dua maskapai, masing-masing Garuda Indonesia dan Lion Air mendominasi penambahan jadwal penerbangan ini masing-masing 13 extra flight oleh Garuda Indonesia dan 14 extra flight oleh Lion Air, terutama rute Padang-Jakarta dan sebaliknya. Sisanya dilayani maskapai penerbangan lain..
Dan setelah itu, ranah ini akan penuh sesak oleh suasana silaturahmi sesama antara yang di rantau dengan yang di kampung halaman. Sebuah fakta betapa untuk urusan seperti itu orang mau berhabis-habis. Yang tak berkendaraan pun berusaha keras mencari rental mobil agar bisa melakukan ‘mobilisasi salaman’ menuju rumah-rumah kerabat yang berjauhan.Semua ingin terlihat meriah dan anggun. Tetapi apakah itu sebuah hal yang memang dianjurkan oleh agama dalam menyambut Idul Fitri?
Tentu saja, kesederhanaan lebih diutamakan oleh agama. Kemeriahan yang bersifat hura-hura perlu dijauhi untuk jatuh pada kemubaziran. Maka kita mengajak agar semua merayakan Idul Fitri dengan sederhana saja.
Kebiasaan masyarakat menghadapi lebaran secara berlebihan seperti keharusan mengadakan pakaian baru, rehab rumah bahkan mobilitas yang serba baru dengan menggadaikan harta untuk mendapatkan uang persiapan lebaran bukanlah kebiasaan baik, karena itu harus diubah.
Menghadapi lebaran dengan berfoya-foya akan menjadi mubazir, dan usai lebaran beban hutang menumpuk. Sementara jika dirayakan secara sederhana justru akan menjadi lebih baik.
Lebaran pastilah tidak sama dengan Idul Fitri sebagaimana yang dimaksud oleh Islam. Idul Fitri memang sama di seluruh dunia, tapi lebaran khas Indonesia. Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya “Islam Aktual” menyatakan lebaran merupakan salah satu contoh manis bagaimana idiom-idiom Islam diterjemahkan secara kreatif ke dalam budaya Indonesia. Ringkasnya, lebaran tidak sama persis dengan Idul Fitri. Lebaran adalah sejenis Idul Fitri, di antara berbagai Idul Fitri di seluruh dunia.
Lebaran memang memiliki keunikan tersendiri. Hanya di Indonesia kita bisa menemukan suara gemuruh takbir berkumandang yang sering dilakukan dengan pawai kenderaan berkeliling kota dan desa serta diiringi suara bedug yang menyentuh kalbu. Hanya di Indonesia, kita menemukan arus mudik; penumpang yang rela berdesakan dengan bawaan yang berat, menempuh berbagai rintangan dan berani menantang maut di jalanan asalkan bisa sampai ke kampung halaman.
Mungkin hanya di Indonesia, lebaran dijadikan hari khusus bersilaturrahim atau biasa disebut “halal bihalal”—sebuah istilah mirip Bahasa Arab, tapi jika ditanyakan ke orang Arab apa maksud istilah itu, orang Arab dipastikan bingung karena halal bihalal tidak pernah dikenal di negara-negara Arab. Halal bihalal seolah-olah menunjukkan lebaran sebagai tempat perilaku yang halal setelah pada hari-hari yang lain kita melakukan yang haram. Mungkin juga maksud halal bihalal adalah momentum yang tepat atau halal untuk bersilaturrahim ke sanak keluarga, kerabat dan tetangga.
Silaturrahim tidak saja ditujukan kepada mereka yang masih hidup, tapi juga kepada yang sudah meninggal. Umumnya masyarakat kita melakukan ziarah kubur pada hari-hari terakhir sebelum masuk bulan Ramadhan. Namun tidak sedikit umat Muslim yang setelah melaksanakan Salat Id, kemudian berziarah ke makam orang tua, keluarga dan kerabatnya. Tujuannya mungkin untuk melepas rasa rindu kepada orang tua atau keluarga yang telah mendahului, sekaligus berbagi kebahagiaan atau kesedihan, ada juga yang curhat, atau paling bagus untuk mengingat kematian agar tidak terlalu senang dan lupa diri di hari lebaran.
Tetapi sekali lagi, kesederhanaan dan kesucian hati adalah yang terpenting dalam merayakannya. Marilah kita jauhi kemubaziran dan mengambil hikmah dari fitrah Idul Fitri itu.***
Comments
Post a Comment