Awan putih dan Awan hitam




“Manakah bagimu yang lebih baik ketika aku dipenuhi awan putih ataukah awan hitam?” andaikan langit bertanya seperti ini kita selalu memiliki jawaban yang controversial satu sama lain. Ada yang memilih awan putih karena baginya kehadiran awan bersih ini dapat meranghkai lukisan indah yang kadang misterius di langit. Sebagian lainnya lebih memilih awan hitam karena baginya itu pertanda hadirnya berkah kesuburan bagi bumi. Kontroversi yang bisa meluah dan tak pernah usai untuk di perdebatkan.
Di sebuah rumah ketika musimnya langit biru cerah tanpa awan, seorang ibu tua menatap sedih sepanjang sore hingga malam saat menyaksikan putrinya pulang dengan tangan hampa. Sejak berangkat pagi hari dari tadi tak satupun jas hujan terjual. Padahal putranya yang lain berhasil menjual habis es krim yang dijajakannya. Di lain hari saat musim langit berawan dan hujan tercurah sepanang hari, ia kembali bersedih untuk putranya karena tak satu pun es krim laku terjual meskipun putrinya sendiri berhasil menjual cukup banyak paying dan jas hujan.
Serupa ibu itulah sebagian dari keseharian kita, lebih memilih untuk terjebak meratapi kesedihan. Kita kecewa pada keadaan alam yang sudah demikian adanya. Dalam pilihan cara pandang seperti itu, kita kerap lupa bersyukur atas hal berharga lainnya yang sudah kita miliki selama ini.
Suatu saat dalam sebuah diskusi dengan sejumlah orang, mereka keseluruhan menaikkan tangan tanda setuju saat ditanya apakah kehidupan ini telah memberi mereka penderitaan. Sebaliknya, ketika ditanya apakah mereka sudah diberikan kekayaan yang cukup selama ini, tak satupun menaikkan tangan. Andaikan anda adalah salah satu dari mereka, apakah yang akan anda setujui?
Menariknya saat diminta untuk bernapas panjang tiga kali dan merasakannya napasnya, mereka melakukan dengan perasaan lapang tanpa mengerti ada sesuatu yang pantas disyukuri saat itu. Baru ketika diceritakan bahwa di sebagia besar ruang ICU ( ruang perawatan intensif ) rumah sakit, ada banyak pasien yang harus menghabiskan puluhan juta rupiah hanya agar bisa bernapas dan tetap hidup, mereka mulai sadar dirinya masih di beri keberuntungan.
Lebih dari itu, saat beberapa dijanjikan akan kaya dengan ikut menjadi donor ginjal, mata atau donor hati secara illegal agar bisa kaya lewat biaya pengganti organ yang cukup mahal, barulah mereka sadari bahwa selama ini Tuhan telah memberi kekayaan nyata yang cukup besar di dalam tubuh mereka. Semoga kita pun diberi kesadaran betapa kekayaan telah banyak kita miliki selama ini.
Kehidupan ini memang alami seperti langit yang terkadang cerah, kadang diliputi awan putih atau bahkan mendung hitam. Saat kita focus atas apa yang tidak kita sukai, sering kali kita dengan mudah menyalahkan keadaan alam yang ada. Namun tatkala kita bisa menyesuaikan diri dengan apa yang ada, rasa syukur lebih mudah mengalir. Saat cuaca cerah dan hangat, menjual minuman dingin membuat kita menjadi sukses. Saat musim hujan tentu menjual jas hujan akan lebih berguna. Bahagia tidaknya kehidupan ini rupanya bergantungpada bagaimana kita menyikapi perubahannya yang datang silih berganti.
Burung, ayam, angsa, rusa atau hewan liar lainnya di padang rumput tidak pernah mengeluh pada perubahan alam, namun ikhlas mengikuti secara alami. Di banding mereka, kita memiliki kelebihan pikiran untuk bisa mengambil sikap yang lebih positif dan optimis dalam setiap perubahan alam. Sayangnya, kebanyakan kita tidak menyadari kelebihan potensi yang ada dalam diri. Bahkan ironisnya, kelebihan kita disbanding penghuni bumi lainnya hanyalah bahwa kita lebih banyak mengeluh pada keadaan.
Banyak orang yang mengeluh atas kekurangan dan kemiskinan tanpa upaya keras untuk dapat mengatasinya sendiri. Ada yang mengeluh atas penderitaan batin tanpa berusaha memahami makna dan tujuan dari penderitaanya sendiri. Banyak pula orang kaya yang tetap merasa miskin. Namun di sejumlah tempat dimana masyarakat hidup dalam kemiskinan, ada ungkapan rasa syukur yang lebih mudah terdengar di banding dalam rumah orang orang kaya.
Akan selau ada awan putih dan awan hitam di langit sebagaimana adanya, meskipun kita gemar mengeluh atas apa yang tidak kita sukai. Begitulah kehidupan selalu akan memberi suka-duka silih berganti. Namun, mereka yang memilih iklas menyikapi keduanya dengan kelebihan pikiran positifnya, akan merasakan kebahagiaan sepanjang hidup. Sebaliknya, mereka yang memilih mengeluh dengan pikiran negative, rupanya sedang mengundang penderitaan agar menemani kehidupan mereka sepanjang waktu. Kitalah yang paling berhak menentukan pilihan atas kisah kehidupan kita sendiri. Betapa pun, suatu saat awan putih dan awan hitam akan berlalu juga menyisakan langit biru cerah yang kosong namun dipenuhi terang cahaya.

Comments

Popular posts from this blog

18+:Foto Otopsi Korban Pembunuhan dan Perkosaan

Hutan Hoia Baciu, Salah Satu Hutan Paling Mengerikan di Dunia