Tikus Tikus Dalam Diri
Diantara banyaknya jenis hewan
pengerat di alam, mungkin Tikus adalah jenis yang paling meresahkan kita. Terutama
bagi mereka yang pernah di bikin masalah oleh kenakalan hewan ini. Kabel kabel
rumah yang terkelupas hingga menimbulkan korsleting. Makanan di dapur di obrak
abriknya, atau atap rumah kian rapuh karena kayunya mereka gerogoti sedikit
demi sedikit. Belum lagi resiko penularan penyakit Pes karena gigitannya atau demam Leptospirosis yang menular lewat air seninya.
Sulit menemukan sisi manfaat dari
kehadiran tikus di rumah kita. Maka, tidak salah bila begitu banyak upaya yang
dilakukan demi mengusir koloni mereka dari dalam rumah, dari perangkap yang
menjepit, memenjara, hingga lem yang merekatkan mereka pada jebakan. Bahkan,
kini tersedia berbagai jenis racun yang mematikan bagi mereka karena kucing
kucing rumah saat ini seperti tidak doyan lagi memakan daging tikus.
Begitulah kehadiran tikus dalam
kehidupan manusia sejak zaman dahulu. Mereka tidak pernah mudah menjadi hewan
yang akan diterima dengan ikhlas, kecuali saat mereka akan dipakai sebagai
hewan percobaan. Untuk peran yang satu ini, tikus memang telah banyak membantu
para ahli menemukan obat yang layak dan aman digunakan bagi spesies manusia. Maklum, tikus dan manusia sama sama
keluarga mamalia, sehingga ada kedekatan dalam tipe sel sel dan jaringan
mereka. Bagi manusia mungkin inilah manfaat terbaik yang bisa diberikan para
tikus dengan kehadirannya di bumi, tapi bukan saat membuat rusuh di rumah kita.
Sayangnya, tidak saja mereka ada
di dalam rumah dan menimbulkan keresahan, ternyata mereka juga ada di dalam
diri sejak kecil hingga mengantar kita pada kematian. Koloni ‘tikus tikus’ ini
begitu bervariasi dalam tubuh dan pikiran. Ada yang memang menetap secara
alami, ada juga yang tanpa sadar telah kita izinkan masuk lewat pintu pikiran
sadar. Sebagian dari mereka menetap di ruang terbawah, yakni di alam pikiran
bawah sadar kita untuk merapuhkan diri diri kita dari dalam sedikit demi
sedikit.
Usia adalah ‘tikus’ dalam diri
yang paling bandel. Ia menggerogoti seluruh sel dan jaringan tubuh sejak lahir
hingga di ujung kehidupan. Ia membuat kita menjadi kian menua dalam tubuh dan
makin pelupa dalam pikiran. Sayangnya, ia belum tentu berpengaruh pada jiwa
dengan ikut membuatnya makin dewasa dan matang. Maka makin mudah di jumpai orang
tua yang makin pikun, namun Jiwanya belum matang dalam kesadaran.
‘Tikus tikus’ llain juga
menggerogoti kita dari dalam, terutama yang tanpa disadari masuk lewat pikiran
sadar dan bersembunyi di ruangan pikiran bawah sadar,. Ia merapuhkan begitu banyak
kemurnian dan kekuatan Jiwa yang kita bawa semenjak lahir. Ketakutan dan
kecemasan adalah ‘tikus’ mental yang menggerogoti keberanian kita menghadapi
masa depan kehidupan. Kemarahan adalah ‘tikus’ yang telah merapuhkan kesabaran
dan kelembutan kita sebagai Jiwa. Ada juga kesedihan sebagai ‘tikus’
penggerogot ketegaran dan keikhlasan kita menghadapi duka lara kehidupan. Dan dendam
adalah ‘tikus’ paling berbahaya dalam diri kita. Sebab ia bersembunyi jauh di
bawah sadar dan menggigit sedikit demi sedikit kebahagiaan kita dari dalam. Ia menjadi
sumber bibit penyakit yang kita kenal sebagai psikosomatik.
Iri dan dengki pun tak lupa
memperkenalkan diri mereka sebagai ‘tikus’ yang berbahaya di dalam diri. Mereka
membuat kita susah meraih kebahagiaan lewat rasa syukur atas apa yang berhasil
kita capai. Kedua ‘tikus’ ini justru sibuk membuat kita membenci kesuksesan
orang lain da lupa meraih kesuksesan kita sendiri. Putus asa apalagi. Mereka menjadi
‘tikus’ terburuk dalam pikiran kita. Mereka bahkan berhasil mematahkan semangat
hidup hingga membawa korbannya sampai nekat mengakhiri perjalanan Jiwa dan
memasuki pintu kematian dengan sia sia.
Jika tikus bisa bermanfaat
sebagai hewan percobaan yang membantu para ahli menemukan obat bagi manusia,
bisa jadi ‘tikus tikus’ dalam pikiran kita bisa memberi manfaat serupa. Kita bisa
menjadikan rasa ketakutan dan kecemasan untuk menguji tingkat keberanian kita
menghadapi hidup. Menguji kesabaran kita lewat hadirnya ‘tikus’ kemarahan. Begitu
pula untuk ‘tikus tikus’ pikiran lainnya bisa menjadi alat penguji bagi
pertumbuhan kebaikan dan nilai positif dalam diri.
Lebih dari itu kita bisa
menggunakan mereka untuk menguji berbagai ‘obat’ mental berupa nasihat, jalan
keluar, perilaku positif, meditasi, dan sejenisnya yang akan kita pakai untuk
menyembuhkan diri. Inilah saatnya mengamati kehadiran ‘tikus tikus’ itu dalam
diri kita masing masing. Melihatnya sesekali masuk lewat pikiran sadar ataupun
bersembunyi di bawah pikiran sadar kita. Hanya mereka yang benar benar mengerti
tentang peran positif ‘tikus tikus’ negatif ini bagi pikiran dan hati, akan
bisa menggunakan mereka untuk imunisasi jiwa. Dengan cara yang lebih bijak kita
dapat bertumbuh mennjadi Jiwa yang lebih kokoh, sehat, dan berstamina tinggi
dalam menjalani peran kehidupan.
Comments
Post a Comment