Misteri Janin Mayat Di Makam Sulungawu

ini dimulai dari kisah sebuah keluarga bahagia yang terenggut keharmonisan mereka akibat datangnya sekelompok perampok bersenjata tajam yang menghabisi nyawa satu - persatu penghuni rumah megah milik orang terkaya yang berada di tengah kawasan perkampungan Lembah Batu.





Malam itu, tepatnya hari Selasa Kliwon pukul 00.00 WIB, sekelompok perampok yang berjumlah tujuh orang datang menyatroni rumah milik keluarga Raden Gilang Gentara (45), seorang ayah yang memiliki dua orang anak yaitu Ratih (14) dan Anggara (12). Raden Gilang Gentara memiliki seorang istri yang sangat cantik. Sewaktu masih gadis, istrinya yang bernama Anggita Saputri ini merupakan kembang desa di kampung Lembah Batu.

Saat ini Anggita Saputri sedang mengandung 8 bulan anak ketiga Raden Gilang Gentara. Sebelum malam tragis itu, keadaan keluarga orang terkaya di kampung Lembah Batu tersebut sangat bahagia, mereka dihormati semua orang karena sikapnya yang rendah hati dan suka menolong terhadap sesama.

Di malam berdarah tersebut, segerombolan perampok keji tidak hanya berusaha menggasak harta benda milik keluarga ini, namun mereka dengan beringas juga menghabisi nyawa seluruh keluarga tanpa terkecuali. Setelah puas membantai dan menguras harta benda seisi rumah, para perampok itu berusaha kabur. Namun karma selalu ada, tanpa mereka sadari, rumah yang berada di tengah perkampungan itu telah dikepung oleh ratusan warga yang curiga dengan suara - suara teriakan dari dalam rumah.

Para warga pun menangkap ketujuh perampok itu tanpa perlawanan yang berarti. Tak kalah beringas, warga yang mengetahui para perampok tersebut telah membunuh seluruh anggota keluarga Raden Gilang Gentara merasa geram dan kemudian mereka menghabisi para perampok ini dengan membakar mereka semua hidup - hidup. Keesokan harinya, suasana duka dan air mata tak terbendung lagi. Ribuan pelayat mengantarkan jenazah almarhum Raden Gilang Gentara beserta istri dan anaknya ke tempat peristirahatan terakhir, yaitu makam.

Semua peristiwa tersebut hanyalah awal, inilah kisah yang sesungguhnya. Masih ingat dengan istri Raden Gilang Gentara yang kala itu meninggal dalam keadaan hamil? Di malam ke 40 hari, tepatnya Jumat Kliwon, terdengar suara jeritan tangis memecah heningnya malam dari dalam makam Anggita Saputri yang tidak lain adalah istri dari almarhum Raden Gilang Gentara.

Suara tangis menderu itu terdengar hingga ke sebuah rumah milik Partono (57) yang berada di paling ujung kampung Lembah Batu. Rumah Partono tak jauh dari pemakaman umum yang bernama 'Sulungawu' tersebut. Partono yang merasa ketakutan mencoba memberitahu tetangganya perihal kejadian itu, maka terkumpulah puluhan warga. Mereka beramai - ramai menuju ke pemakaman umum Sulungawu untuk melihat dan mencari tahu asal suara tangisan tersebut.

Sesampainya di pemakaman, para warga barulah sadar, suara tangisan tersebut ternyata berasal dari dalam salah satu makam, yaitu makam Anggita Saputri yang telah meninggal 40 hari silam. Setelah berdebat satu sama lain, akhirnya warga sepakat membongkar makam tersebut. Maka dibongkarlah makam Anggita Saputri malam itu juga.

Betapa kagetnya puluhan warga yang menjadi saksi mata kejadian yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya ini. Di dalam makam itu ternyata ada sesosok jabang bayi laki - laki yang baru lahir. Wajahnya bersih dan seolah bersinar yang menandakan bayi ini bukanlah jabang bayi biasa. Segeralah jabang bayi yang terlahir dari janin mayat ini pun dibawa pulang untuk dimandikan.

Para sesepuh dan orang pintar di kampung Lembah Batu memberi nama anak itu Putra Sulungawu, sesuai tempat dimana ia dilahirkan, yaitu makam Sulungawu. Putra Sulungawu pun menjadi satu - satunya pewaris seluruh harta benda peninggalan Almarhum ayahnya, Raden Gilang Gentara.




18 tahun kemudian. Putra Sulungawu pun beranjak dewasa, seperti anak muda seusianya ia pun dapat jatuh cinta! Tidak ada keistimewaan khusus apalagi kekuatan tersembunyi yang dimiliki oleh Putra Sulungawu. Bahkan, tak jarang ia sering dipukuli oleh saingannya ketika berusaha memperebutkan gadis idaman. Hingga akhirnya, ia mendapatkan kekasih hati seorang gadis cantik bernama Regina Amalia.

Ada satu hal kesamaan yang dimiliki oleh keduanya, yaitu mereka sama - sama terlahir pada malam Jumat Kliwon, bedanya, yang satu lahir di RS Bersalin pusat kota dan yang satunya dilahirkan di dalam kuburan. Hal - hal ganjil atau tidak lumrah yang sering dilakukan oleh Putra Sulungawu muda adalah, dia terlalu sering ke kuburan untuk berziarah ke makam keluarganya. Tak khayal, ia bahkan sering menginap disana, tidur diatas batu nisan orang mati. Putra Sulungawu sering menangis saat di makam itu. Makam seolah baginya adalah rumah dimana ia dilahirkan.

Di tempat lain, sekelompok paranormal yang menamakan dirinya Teratai Hitam mempercayai ramalan tentang bangkitnya iblis Suropati yang telah dimulai. Untuk menjadi tak terkalahkan dan hidup dalam keabadian, iblis Suropati harus meminum darah 100 orang yang lahir pada malam Jumat Kliwon.

Menurut para anggota Teratai Hitam, dalam minggu - minggu ini sudah ada 98 orang dan terus bertambah yang lahir pada malam Jumat Kliwon meninggal dengan ciri - ciri yang sama, yaitu tubuh mengering karena dihisab darahnya. Semua itu juga dapat dilihat dari 100 lilin yang dinyalakan di ruang meditasi kelompok Teratai Hitam, 98 diantaranya telah padam, kini hanya tinggal 2 yang masih menyala.

Salah seorang anggota paranormal Teratai Hitam menyadari bahwa putrinya terlahir pada malam Jumat Kliwon dan dari kitab ramalan, putrinya akan menjadi korban yang ke 100 (terakhir) yang diincar iblis Suropati. Dialah Regina Amalia yang tak lain adalah kekasih Putra Sulungawu. Iblis Suropati membunuh dan menghisap darah orang - orang yang lahir pada malam Jumat Kliwon secara berurutan.

Keanehan pun terjadi, seharusnya sejak 3 malam yang lalu lilin ke 99 sudah padam yang artinya korban ke 99 sudah dibunuh oleh iblis Suropati dan sekarang giliran Regina Amalia, sasaran terakhir yang telah diamankan oleh seluruh kelompok paranormal Teratai Hitam. Hingga hari ini 2 lilin masih tetap menyala, siapakah korban ke 99 dan sebenarnya apa yang terjadi, mengapa dia belum mati?

Inilah yang terjadi. Tiga malam lalu, ketika Putra Sulungawu sedang bersama teman - temannya di kampung Lembah Batu, tiba - tiba angin bertiup kencang disertai petir menyambar dan muncullah sesosok makhluk gegirisi bertubuh besar mengerikan. Makhluk itu memiliki gigi taring yang tajam dan berliur, ditengah kepalanya terdapat tanduk yang menjulang runcing terlihat mirip gading yang sedikit retak - retak.

Sontak, orang - orang di Kampung Batu yang melihatnya lari tidak karuan. Makhluk itu mengincar Putra Sulungawu yang merupakan korban ke 99. Tak tahu apa yang harus dilakukan, Putra Sulungawu memilih bersembunyi ke kuburan 'Sulungawu' yang terkenal sangat angker itu. Akhirnya, makhluk yang ternyata diketahui adalah iblis Suropati itu pun berhadapan muka dengan Putra Sulungawu di makam itu.

Dengan nada gemetar Putra Sulungawu pun berkata kepada iblis Suropati," Aku adalah orang biasa yang tidak mempunyai kekuatan apa - apa, tapi satu hal yang perlu kau tahu, aku punya teman yang banyaaak..!!!,". Seketika itu juga tanah diatas kuburan Sulungawu berguncang. Muncullah roh - roh halus dari dalam tanah, genderuwo - genderuwo dari pepohonan, kuntilanak - kuntilanak dari balik dedaunan, banaspati - banaspati dari cungkup batu nisan dan demit - demit kuburan lainnya berhamburan keluar. Mereka memangsa iblis Suropati hingga terkoyak dan tak berbentuk.

Comments

Popular posts from this blog

18+:Foto Otopsi Korban Pembunuhan dan Perkosaan

Hutan Hoia Baciu, Salah Satu Hutan Paling Mengerikan di Dunia