Bayangan Dan Suara Aneh Menghiasi Proses Pencarian Korban Sukhoi


Kasus jatuhnya pesawat Sukhoi menambah cerita kasus pesawat yang jatuh di Gunung Salak. Pertanyaan yang belum terjawab apakah pesawat Sukhoi menabrak Gunung Salak? Jika ketinggian terbang dari 10.000 ft dan turun ke 6.000 ft (1.829 m) serta jatuh di ketinggian 1.800 mmerupakan sesuatu yang perlu dijawab, apa yang terjadi sesungguhnya.

Di luar hal yang ilmiah dan akademik, fenomena Gunung Salak selalu menjadi perbincangan. Sebab, kata warga setempat banyak sekali yang terjadi di luar akal sehat.

Di tengah upaya pencarian dan evakuasi korban kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet-100 di Gunung Salak, Bogor, ternyata diwarnai cerita-cerita mistik. Tim SAR dan sejumlah pendaki yang ikut dalam pencarian mengalami peristiwa di luar logika. Seperti apa?

Meski tidak setinggi Gunung Gede yang memiliki ketinggian 2.958 mdpl atau Pangrango 3.019 mdpl, tapi kesulitan medan dan keangkeran Gunung Salak memiliki tantangan tersendiri. Selain terkenal angker, Gunung ini memiliki banyak jalur pendakian, dan merupakan salah satu kawasan hutan hujan di Indonesia. Wajar, bila hutan di Gunung Salak sangat lebat, sama halnya dengan Gunung Gede-Pangrango yang berada di kawasan Bogor-Sukabumi.

Keangkeran Gunung Salak tentunya juga sudah diakui oleh warga sekitar di perkampungan di kawasan kaki gunungnya. Banyak cerita dan hal mistik yang berkembang dari setiap kejadian yang pernah terjadi di gunung tersebut. Apakah itu sering hilangnya para pendaki maupun kecelakaan, termasuk jatuhnya pesawat. Cerita-cerita di luar logika pun mengiringi peristiwa yang dapat dikatakan sebagai tragedi itu.

Satu dari sekian cerita-cerita aneh adalah pengalaman para petugas evakuasi yang menelusuri jalur menuju lokasi jatuhnya pesawat komersil buatan Rusia tersebut. Mulai dari bayangan aneh, teriakan kesakitan, hingga mimpi bersenggama dengan perempuan cantik. Seorang yang tergabung dalam sebuah regu pada tim yang pertama kali diterjunkan ke Gunung Salak menceritakan pengalamannya saat berada pada ketinggian 1.700 kaki, pos terakhir tak jauh dari titik koordinat pesawat jatuh. Ia dan sekitar sembilan anggota regu lainnya bermimpi aneh saat sedang tertidur. “Kami mimpi basah secara bersamaan,” kata dia.

Anehnya, lanjut dia, mimpi seluruh anggota regu cukup identik. Awalnya mereka bermimpi disambut seorang wanita cantik pada sebuah rumah di puncak gunung tersebut. “Perempuan itu menyuguhi kami air minum,” tutur dia bercerita. Tak lama berselang, mereka langsung diminta untuk istirahat. Tetapi di dalam rumah ternyata ada banyak perempuan yang tak kalah cantiknya dengan yang menyambutnya tadi. Setelah itu, para perempuan itu mencumbu mereka selayaknya suami istri.

Cerita lain dialami petugas perbekalan angkutan TNI Angkatan Darat, Sersan Dua Purnahadi. Pria ini memiliki pengalaman mistik saat menyuplai pasokan logistik bagi para tim evakuasi yang berangkat dari Posko Pusat Evakuasi Embrio Penangkaran Sapi, Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Bogor. Selama berkali-kali naik turun itu, Purnahadi pun tak jarang melihat “sesuatu” di jalur evakuasi. “Sering saya melihat. Misalnya melihat perempuan di pinggir jalur yang saya lewati sambil menangis,” cerita dia.

Tak hanya itu, dia juga sering berpapasan dengan sosok “dunia lain” ketika melintasi jalur. Umumnya, yang ia lihat adalah sosok menyerupai manusia. Namun, meski anggota lainnya yang turut membawa pasokan logistik tidak melihat apa yang dilihatnya, Purnahadi enggan memberi tahu rekannya itu. “Sebenarnya saya sendiri merinding. Apalagi kalau saya kasih tahu ke teman saya, panik yang ada,” kata dia. “Tapi kan kita enggak ganggu mereka, dan mereka sebenarnya juga enggak ganggu kita. Berpapasan ya sudah begitu saja.”

Purnahadi pun selalu memperingati rekan-rekan atau relawan lainnya jika hendak naik ke atas. “Kalau yang cowok, saya bilang jangan membawa benda-benda seperti jimat. Kalau ada relawan cewek yang ikut bantu, saya selalu tanya, apakah sedang datang bulan? Kalau iya, saya larang naik ke atas,” ujarnya.

Lain lagi cerita yang dimiliki oleh petugas tim Badan SAR Nasional yang menjadi bagian dari tim evakuasi. Operator Radio Komunikasi Basarnas di Posko Embrio, Agustamin bercerita, ada empat anggota Basarnas yang ikut menjadi personel evakuasi bertahan di atas tebing yang ditabrak pesawat Sukhoi Superjet-100.

Mereka bertahan di atas untuk memantau anggota evakuasi lainnya menuruni tebing guna mencapai dasar lembah, tempat di mana diduga para jenazah korban berada. Saat malam tiba, keempatnya pun terpaksa bermalam di atas tebing yang berada di Puncak Manik itu. Namun, salah satu petugasnya mendengar beberapa kali teriakan minta tolong dari dasar lembah. “Saya tanya teriakannya seperti apa. Dia jawab, seperti ada suara perempuan berteriak tolong-tolong. Tak hanya itu, ada juga suara laki-laki berteriak, sakit-sakit,” ujarnya menceritakan.

Mengetahui hal itu, Agus meminta agar anak buahnya berusaha konsentrasi dan tak menghiraukan suara-suara teriakan itu. “Saya tidak tahu apakah itu halusinasinya dia atau benaran. Karena tiga anak buah saya yang lain tidak mendengar,” ucap Agus.

Cerita lain dari seorang pendaki yang pernah menjelajahi Gunung Salak. Kini ia bergabung dengan tim SAR sebagai sukarelawan pencari korban Sukhoi. Menjelang pendakian, ia banyak berkonsultasi dengan masyarakat yang berada di sekitar gunung tersebut. “Banyak pantangannya,” ujarnya. Ia mengaku pernah menghiraukan pantangan penduduk untuk tidak mengambil bunga anggrek saat mendaki beberapa bulan lalu ke Gunung Salak. Maklum, kata dia, di sana banyak anggrek berbagai jenis yang cukup indah.

Tapi apa yang terjadi. Timnya tersesat saat ingin pulang. Sepanjang hari mereka hanya berputar di puncak Salak secara berulang sampai malam hari.

Anggrek itu pun di simpan di salah satu tempat, timnya kemudian salat Isya. Setelah salat timnya kembali melanjutkan perjalanan pulang. “Ternyata jalan pulang hanya ditutupi ranting padahal kami sudah beberapa kali lewat di depan ranting itu,” ujarnya seraya menggeleng kepala. Ia juga mengaku bertemu seorang nenek-nenek berusia sekitar 80 tahun di puncak gunung tersebut. Perempuan tua yang sudah bungkuk itu berjalan sendirian di sebuah padang dengan hanya memakai pakaian tipis.

“Kami tanya mau ke mana Nek, dia bilang hanya jalan-jalan,” kata dia menirukan pernyataan nenek tersebut. Saat ditanyai di mana tempat tinggalnya, wanita tua itu hanya menjawab, “Di sini Nak.” Nenek itu menolak diantar ke kaki gunung. Pendaki ini melanjutkan, perempuan tua itu lalu bilang, “Saya senang di sini karena ramai bila malam, mereka sering kasih saya makan,” tanpa menyebutkan siapa mereka yang dimaksud.

Yang mengherankan lagi, kata pendaki itu, si nenek berbahasa Jawa kental, padahal mayoritas masyarakat di kaki gunung berbahasa Sunda. “Kami pun meninggalkan nenek itu sendirian,” ujarnya.

Dalam masyarakat Jawa Barat mempercayai adanya beberapa titik lokasi tertentu yang mengandung pusat energi gaib, dan dapat memberikan respon pengaruh positive atau negative yang melintasi di pusat energi tersebut. Seperti halnya kondisi Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, dimana banyak terdapat tempat di keramatkan yang dihormati oleh masyarakat. Beberapa pantangan diberlakukan bagi yang melintas didaerah tersebut. Nah, setelah beberapa kejadian dan cerita dari saksi perjalanan di gunung salak tersebut, silahkan anda simpulkan sendiri…

Comments

Popular posts from this blog

18+:Foto Otopsi Korban Pembunuhan dan Perkosaan

Hutan Hoia Baciu, Salah Satu Hutan Paling Mengerikan di Dunia