Review : PERAHU KERTAS 2 (2012)

PERAHU KERTAS 2 : MASIH DONGENG CANTIK TENTANG CINTA
Sutradara : Hanung Bramantyo
Produksi : Starvision, Mizan Productions/Bentang Pictures & Dapur Film, 2012

So, ‘Perahu Kertas’ itu berlayar lagi. Dalam bagian kedua dari durasi panjang adaptasinya. Oh yes. Ini adalah bagian dimana perahu itu akan berhenti, menemukan tambatan dari rasa penasaran yang sudah dibangun film pertama sekaligus antusiasme para pembacanya yang bukan sedikit. Apapun alasannya, dari pemilihan pemain hingga keterlibatan Dewi ‘Dee’ Lestari dalam skenario dan produksinya, ‘Perahu Kertas’ sudah menorehkan kesuksesan yang sangat lumayan dalam perolehan penonton film kita yang makin merosot. And from the heart, pemilihan cast yang menurut banyak pembacanya ‘tak sempurna’ itu sudah meninggalkan sebuah dongeng cinta yang cantik. Sebagian pasti sudah tahu endingnya, dan mau bagaimanapun katanya Hanung Bramantyo mau memodifikasi sedikit klimaks yang paling ditunggu itu untuk jadi sedikit beda dengan novelnya, konklusinya bukan lantas jadi tak sama. Dan kita, sebagai penonton, baik pembaca maupun yang bukan pembaca, memang semua menunggu bagian kedua ini. Kenyataan.

Picking up where they’re left off, ‘Perahu Kertas 2’ pun melanjutkan pertemuan kembali Kugy (Maudy Ayunda) dengan Keenan (Adipati Dolken) di pesta pernikahan sahabat mereka, Noni (Sylvia Fully R.) dan Eko (Fauzan Smith). Dan konflik cinta mereka masih berputar di permasalahan yang sama atas kehadiran Remi (Reza Rahadian), bos perusahaan advertising tempat Kugy bekerja, serta Luhde (Elyzia Mulachela), keponakan Wayan (Tio Pakusadewo), mentor Keenan memperdalam bakat melukisnya, which somehow, saling membangun koneksi antara satu dengan yang lain bersama orang-orang di sekeliling mereka. Faith might has its own way, tapi untuk menentukan kemana perahu itu akan berlabuh, sebuah hati, tak akan pernah bisa berbohong. Kata Dee, hati itu dipilih. Bukan memilih.

Ah ya. Keputusan untuk membagi dua durasi panjangnya, dengan banyak alasan yang telah dipaparkan baik oleh Hanung maupun Dee dalam sejumlah press release-nya, memang sedikit banyak akan punya dualisme resepsi dalam keseluruhan penggarapannya. Kenyataannya, dari guliran konflik-konflik yang muncul dalam bagian kedua ini, yang hampir semuanya tetap berfokus sama dengan bagian pertamanya, pun juga sebagiannya yang masih jadi sekedar lewat tanpa detil lebih, keputusan itu bisa jadi kelihatan mubazir. ‘Perahu Kertas 2’ masih tetap memanjangkan fokus di lika-liku hubungan segi banyak empat karakter utamanya, tapi memaksakan subplot-subplot sampingan yang sebenarnya bisa tergarap lebih baik berakhir hanya sebagai latar kurang penting. Baik di tampilan karakter keluarga dan orang dekat masing-masing yang mungkin maunya berfungsi untuk memberi penekanan lebih ke karakterisasi empat orang itu, termasuk di latar hubungan segitiga Adri (Agust Melasz) – Lena (Ira Wibowo) dan Wayan (Tio Pakusadewo), sedikit kelanjutan subplot ‘Pilik dan Sakola Alit’ serta tampilan Ben Kasfayani sebagai kakak Kugy, Sharena Gunawan yang memerankan Siska dan Qausar Harta Yudana, yang sayangnya kembali tak mendapat kesempatan lebih. Dalam novel, ini mungkin bisa jadi thrill-thrill yang membuat plotnya makin menarik, tapi bicara keterbatasan durasi filmis, apalagi bagi yang bukan pembacanya, tak akan semudah itu membangun kedekatan komunikasi dengan cara sesingkat itu.

However, keterlibatan Dee sekaligus adanya, mungkin, pertimbangan pasar buat tendensi jualannya, juga akan bisa membuat kita mengerti keputusan itu. Namun begitulah, meski tidak merusak keseluruhannya secara fatal, hampir tak ada lagi naik turun konflik yang berarti se-menanjak bagian pertamanya yang masih mulai memperkenalkan semua karakter utama tadi. Kekuatannya memang terlihat dialihkan Hanung lewat skenario Dee ke penyampaian emosi adegan-adegan penting serta penuh simbol untuk menuju konklusi akhir pilihan-pilihan hati ini, dimana sebagian besar memang bekerja dengan baik. Beberapa adegan itu memang tampil dengan kekuatan emosi yang baik, terutama sebuah adegan Kugy dan Keenan di kamar Kugy serta klimaks hubungan Remi dengan Kugy, yang menunjukkan chemistry sama kuat antara ketiganya. Seperti biasa, Maudy Ayunda terlihat sangat irresistibly charming, Reza Rahadian, as ever, penuh pendalaman serta Adipati yang juga cukup lumayan dibalik gerutuan sebagian pembaca novelnya. Pendukung lainnya, juga tetap baik. Namun sayangnya, part Keenan dengan Luhde menjadi sedikit mentah dibandingkan sparks yang terbangun di bagian pertamanya. Dan inovasi Hanung untuk membuat solusi ‘everybody’s happy and found the other ones’ secara serba instan itu mungkin malah memberi kesan sedikit dipaksakan. But then again, all’s fair in love and war, termasuk film bergenre seperti ini, kan? After all, lebih dari sebuah kisah cinta, ‘Perahu Kertas’ memang mendasari penuturan itu dengan atmosfer dongengnya.

Adalah penggarapan teknisnya juga yang akhirnya sangat berhasil menutupi semuanya untuk membuat bagian kedua ‘Perahu Kertas’ ini tetap melanjutkan atmosfer cantiknya dibalik sebuah dongeng cinta yang bisa jadi terlihat serba klise, tapi di lain sisi juga tetap menyampaikan filosofi hati dan kekuatan-kekuatan semesta yang sangat ‘Dee’ itu. Dari sinematografi Faozan Rizal yang cantik seperti biasanya, production values lain yang cukup detil menerjemahkan timeline panjang dalam setting waktunya, skor Andhika Triyadi hingga lagu-lagu dalam soundtrack-nya yang tetap sangat memikat. Like it or not, inilah ‘Perahu Kertas’ dengan konklusi akhir adaptasinya. Tak sempurna, tapi tetap cantik. (dan)

danieldokter.wordpress.com

Comments

Popular posts from this blog

18+:Foto Otopsi Korban Pembunuhan dan Perkosaan

Hutan Hoia Baciu, Salah Satu Hutan Paling Mengerikan di Dunia