Film `The Act of Killing` untuk Renungan Indonesia



Metrotvnews.com, Jakarta:Sutradara Film The Act of Killing, Joshua Oppenheimer mengaku membuat film dengan latar belakang sejarah dan pembantaian anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) di Sumatra Utara, sebagai bentuk kritik atas tidak adanya perimbangan dan perubahan kekuasaan di Indonesia pascareformasi.

Warga negara Amerika Serikat yang sering bolak-balik ke Indonesia ini mengatakan, melalui film The Act of Killing, ia ingin mengajukan pertanyaan kemanusiaan yang universal yakni apa artinya menjadi orang baik?.

"Apa bedanya kita dengan pelaku pembunuhan massal, jika kita semua adalah manusia yang berimajinasi? Apa peran imajinasi dalam kekerasan ekstrem? Mengapa manusia masih saja melakukan kekerasan ekstrem?" Kata Joshua melalui surel, Senin (30/1).

Meski bukan warga negara Indonesia, Joshua ingin mengungkap salah satu babak tergelap dalam sejarah kemanusiaan di Indonesia yang selama ini ditutup-tutupi. "Padahal penting untuk diketahui dan dipelajari bukan hanya oleh orang Indonesia, tetapi juga bagi seluruh warga dunia. Saya berharap film ini membuka ruang-ruang diskusi yang lebih luas dan bisa memulai sebuah proses penyembuhan luka sejarah ini," tukasnya.

Untuk membuat film yang digarapnya selama tujuh tahun tersebut, Joshua memelajari banyak sekali sumber literatur sejarah Indonesia pada periode sekitar tahun 1965.

"Baik dari dokumen-dokumen, termasuk dokumen rahasia pemerintah Amerika Serikat yang telah dibuka, maupun hasil penelitian yang ditulis orang Indonesia serta peneliti dari luar Indonesia. Selain itu, saya juga berkonsultasi dengan sejarawan dan peneliti lain yang telah lebih dulu mendalami babak sejarah tersebut. Misalnya John Roosa dan Ben Anderson, dan juga beberapa sejarawan atau peneliti dari Indonesia," kata Pria botak tersebut.

Pria berusia 30 tahunan tersebut sadar, film yang dibuatnya tidak bisa berbuat banyak untuk perubahan di Indonesia. Namun, harapan terjadi perubahan perimbangan kekuasaan, proses peradilan HAM dan rekonsiliasi, permintaan maaf resmi, restitusi kepada keluarga korban dan penyintas, serta pelajaran sejarah yang lebih jujur.

Film The Act of Killing tersebut menuai banyak kontroversi khususnya di wilayah Sumatra Utara. Film itu telah diputar di Festival Film Toronto 2012, serta mendapat ratting 8,6 di situs IMDB yang menjadi resensi para penggemar film.(MI/TII)

Comments

Popular posts from this blog

18+:Foto Otopsi Korban Pembunuhan dan Perkosaan

Hutan Hoia Baciu, Salah Satu Hutan Paling Mengerikan di Dunia